Muhtarom
Dosen Pendidikan Matematika IKIP PGRI Semarang
ABSTRAK. Jenis penelitian ini adalah kualitatif yang dilaksanakan di Progra m
Studi Pendidikan Matematika IKIP PGRI Semarang. Pengumpulan data
dilakukan dengan teknik tes tertulis dan wawancara berbasis tugas. Analisis
data dilakukan berdasarkan data tes tertulis dan data wawancara berbasis tugas.
Selanjutnya dilakukan triangulasi metode untuk mendapatkan data subjek
penelitian yang valid. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jelas dalam
menuliskan apa yang ditanyakan, dapat dengan mudah dan benar menuliskan
apa yang diketahui pada masalah, dapat membuat kaitan antara hal yang
diketahui dan hal yang ditanyakan. Mahasiswa jelas dalam menyebutkan
pengetahuan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah, dapat
membuat rencana pemecahan masalah dengan benar yang didasarkan pada
fakta-fakta yang diberikan, pengetahuan prasyarat, prosedur yang jelas. Dalam
melaksanakan rencana pemecahan, mahasiswa dapat menjawab masalah dengan
benar berdasarkan langkah-langkah pemecahan masalah yang telah disusun
serta mampu mengevaluasi argumen yang relevan dalam memecahkan masalah.
Dapat melakukan pengecekan kembali terhadap hasil pekerjaannya.
Kata Kunci: Pemecahan Masalah, Gaya Kognitif FI, Kalkulus.
1. PENDAHULUAN
Rendahnya kualitas penguasaan materi Kalkulus oleh mahasiswa, dimungkinkan
terjadi karena mahasiswa kurang mendapatkan latihan dalam memecahkan masalah.
NCTM [5] menjelaskan bahwa problem solving dalam pendidikan matematika
didefinisikan sebagai “problem solving means engaging in a task for which the solutions
is not known in advance”. Hal ini berarti bahwa masalah yang cocok bagi problem
solving tidak harus soal cerita atau masalah dunia nyata. Sepanjang mahasiswa tidak tahu
bagaimana memecahkan masalah, maka masalah tersebut dapat diklasifikasikan sebagai
masalah problem solving bagi mahasiswa.
Proses pemecahan masalah merupakan alat yang digunakan untuk mengubah dari
keadaan yang ditemui menjadi keadaan yang diinginkan. Polya dalam Kurniawan [2]
mengembangkan empat langkah pemecahan masalah yaitu memahami masalah
(understand problem), menyusun rencana pemecahan (make a plan), melaksanakan
rencana pemecahan (carry out a plan), memeriksa kembali hasil pemecahan (look back at
the completed solution). Kemampuan pemecahan masalah sebenarnya dapat dilatihkan
oleh dosen kepada mahasiswa, namun hal ini masih jarang dilakukan oleh dosen
Profil Kemampuan Pemecahan Masalah Mahasiswa ...
Seminar Nasional Matematika 2012 514 Prosiding
Kalkulus. Kalaupun mahasiswa mendapatkan latihan pemecahan masalah, biasanya dosen
yang bersangkutan tidak memberikan balikan terhadap hasil pekerjaan mahasiswa.
Akibatnya, mahasiswa tidak pernah mengetahui kebenaran tugas yang dikerjakan.
Mahasiswa selalu beranggapan bahwa apa yang dikerjakan telah “benar” karena dosen
pengampu mata kuliah tidak pernah memberikan balikan terhap hasil pekerjaannya.
Disisi lain, rendahnya penguasaan materi Kalkulus dimungkinkan juga disebabkan
oleh mahasiswa sendiri. Ketidaktepatan dalam cara belajar juga menjadi faktor penyebab
yang perlu dilakukan kajian lebih lanjut. Lusiana [3] menyatakan setiap individu
memiliki cara-cara tersendiri yang dilakukan dalam menyusun dalam pikirannya, apa
yang dilakukan, dilihat, diingat dan apa yang dipikirkan. Perbedaan ini bukanlah
merupakan suatu tingkat kemampuan seseorang namun merupakan suatu bentuk
kemampuan individu dalam memproses dan menyusun informasi serta cara individu
untuk tanggap terhadap stimulus yang ada di lingkungannya. Perbedaan ini lebih dikenal
dengan gaya kognitif. Rahman [6] menyatakan ada perbedaan cara orang memproses dan
mengorganisasikan kegiatannya, dengan demikian perbedaan tersebut akan
mempengaruhi kuantitas serta kualitas dari kegiatan yang dilakukan, termasuk kegiatan
yang dilakukan mahasiswa dalam perkuliahan, Perbedaan inilah yang disebut dengan
gaya kognitif (cognitif style).
Gaya kognitif adalah cara-cara bagaimana menerima rangsangan yang berbeda dan
berpikir untuk belajar. Gaya kognitif dapat didefinisikan sebagai variasi cara seseorang
menerima, mengingat, dan berpikir atau sebagai cara-cara khusus dalam menerima,
menyimpan, membentuk, dan memanfaatkan informasi. Lebih lanjut Messick,
sebagaimana dikutip Thomas [8] menyatakan memilah gaya kognitif dalam dua
kelompok, yaitu gaya dalam menerima informasi (reception style) dan gaya dalam
pembentukan konsep dan mengingat (concep formation and retention style). Gaya
menerima informasi berhubungan dengan persepsi dan analisis data, sedangkan gaya
dalam pembentukan konsep berhubungan dengan perumusan hipotesis, pemecahan
masalah dan proses ingatan.
Salah satu dimensi gaya kognitif yang secara khusus perlu dipertimbangkan dalam
pendidikan, khususnya pendidikan matematika adalah gaya kognitif yang dibedakan
berdasarkan perbedaan psikologis yakni: gaya kognitif Field-Independent (FI) dan FieldDependent (FD). Selanjutnya Shumway [7] mengatakan bahwa gaya kognitif FI dan FD
telah digunakan dalam penelitian-penelitian besar, banyak diminati dan kontroversi. Ia
juga lebih banyak diminati oleh peneliti-peneliti dalam pendidikan matematika.
Seseorang yang memiliki gaya kognitif FI dikategorikan sebagai orang yang memiliki
karakter sebagai seorang analis, yang berperilaku selalu mengacu pada dirinya sendiri
dengan orientasi impersonal. Karakter seperti ini juga terlihat pada perilaku mahasiswa
yang belajar. Bell [1] mencirikan Gaya kognitif FI dengan cara berpikir analitis, mampu
menguraikan sedetail mungkin suatu konteks.
Oleh karena itu, jika kemudian mahasiswa dituntut mempunyai kemampuan
penguasaan materi yang baik, maka permasalahan yang kemudian muncul adalah
bagaimanakah pembelajaran yang mampu untuk meningkatkan penguasaan materi
Kalkulus. Penguasaan materi Kalkulus, biasanya identik dengan sejauh mana mahasiswa
mampu menggunakan semua konsep, teorema, prinsip yang ada dalam memecahkan
masalah Kalkulus. Oleh karena itu, sebelum dikembangan perangkat pembelajaran yang
relevan, maka perlu dilakukan kajian awal tentang profil kemampuan pemecahan masalah
mahasiswa yang mempunyai gaya kognitif Field Independent (FI) pada mata kuliah
Kalkulus.
Profil Kemampuan Pemecahan Masalah Mahasiswa ...
Seminar Nasional Matematika 2012 515 Prosiding
2. HASIL DAN PEMBAHASAN
Subjek dalam penelitian ini adalah seorang mahasiswa yang mempunyai gaya
kognitif FI (kode MAN). Pemilihan subjek didasari oleh beberapa pertimbangan, yaitu: 1)
mahasiswa sudah memiliki pengalaman belajar yang cukup dan mempunyai gaya kognitif
FI, 2) mudah diwawancarai sehingga diperoleh data akurat yang dibutuhkan pada
penelitian ini. Analisis data dilakukan berdasarkan data tes tertulis dan data wawancara
berbasis tugas. Data yang telah terkumpul baik dari tes tertulis maupun dari hasil
wawancara dianalisis dengan langkah- langkah yang disajikan oleh Moleong [4], sebagai
berikut: 1) Reduksi data yakni melakukan proses pemilihan, pemusatan perhatian
penyederhanaan, pengabstraksian dan transformasi data mentah di lapangan; 2)
Pemaparan data yakni mengklasifikasi dan mengidentifikasi data sehingga terorganisir
dan terkategori dengan baik; 3) Menarik kesimpulan berdasarkan hasil paparan data.
Selanjutnya dilakukan triangulasi metode untuk mendapatkan data subjek penelitian yang
valid.
Data penelitian dianalisis untuk memperoleh deskripsi profil kemampuan pemecahan
masalah mahasiswa yang mempunyai gaya kognitif FI pada mata kuliah Kalkulus
berdasar langkah Polya. Pembahasan ini meliputi kemampuan pemecahan masalah
mahasiswa dalam: 1) memahami masalah, 2) membuat rencana pemecahan masalah, 3)
melaksanakan rencana pemecahan masalah, dan 4) mengecek kembali. Misalnya analisis
kemampuan subjek dalam memahami masalah didapatkan data sebagai berikut:
1. Hasil Pekerjaan Tertulis
Subjek dapat memahami masalah yang diberikan dengan menuliskan apa yang
diketahui dan apa yang ditanyakan dari masalah. Berikut adalah hasil pekerjaan subjek:
Subjek dapat menentukan bahwa hal yang diketahui sudah cukup digunakan
untuk menjawab hal yang ditanyakan karena semua informasi yang ada pada soal
sudah dapat digunakan untuk menjawab masalah. Berikut adalah hasil pekerjaan
subjek:
2. Hasil Wawancara
Subjek dapat memahami masalah yang diberikan dengan menuliskan apa yang
diketahui dan apa yang ditanyakan dari masalah. Berikut adalah kutipan wawancara
subjek:
Peneliti-4 : Untuk soal nomor 1 dulu. Apa sih yang ditanyakan dari soal itu?
Profil Kemampuan Pemecahan Masalah Mahasiswa ...
Seminar Nasional Matematika 2012 516 Prosiding
Subjek-4 : Menurut saya soal yang ditanyakan yang pertama adalah ukuran surat
selebaran tersebut seminimal mungkin.
Peneliti-5 : Ukuran surat selebaran tersebut seminimal mungkin. Kamu tahu
bahwa yang ditanyakan adalah ukuran surat selebaran, bagaimana
kamu tahu bahwa ini ditanyakan?
Subjek-5 : Berapa ukuran.
Peneliti-6 : Kata apa yang menunjukkan kalau itu yang ditanyakan?
Subjek-6 : “Berapa”.
Peneliti-10 : Di soal ini tidak ada ya. Mungkin kalau di soal lain ada kata sebutkan,
mungkin berapa, dan lain sebagainya. Tapi dalam soal ini, “berapa”.
Terus, informasi apa saja yang diketahui dari soal nomor 1?
Subjek-10 : Yang pertama tentang 50 cm
2
bahan cetak, dan jalur bebas cetak di
atas dan di bawah masing-masing 4 cm dan di samping kanan dan kiri
selebar 2 cm.
Peneliti-11 : Itu yang diketahui di soal. Ada yang lain mungkin, atau semua sudah
disampaikan dari soal?
Subjek-11 : Sudah.
Subjek dapat menentukan bahwa hal yang diketahui sudah cukup digunakan untuk
menjawab hal yang ditanyakan karena semua informasi yang ada pada soal sudah dapat
digunakan untuk menjawab masalah. Berikut adalah kutipan wawancara subjek:
Peneliti-13 : Menurut kamu hal yang diketahui sudah cukup belum untuk
menjawab yang ditanyakan?
Subjek-13 : Sudah cukup. Karena dari informasi yang diberikan oleh soal itu
sudah memberikan dan dapat digunakan untuk menemukan 2
persamaan.
Peneliti-14 : Akan ditemukan 2 persamaan, caranya menemukan 2 persamaan?
Subjek-14 : Dengan pemisalan, dengan variabel.
Peneliti-15 : Jadi kamu akan memanipulasi. Tapi yang diketahui itu sudah cukup
ya?
Subjek-15 : Ya.
Berdasarkan data tertulis dan wawancara dapat disimpulkan bahwa subjek dapat
memahami masalah dengan baik karena jelas dalam menuliskan apa yang ditanyakan,
dapat dengan mudah dan benar menuliskan apa yang diketahui pada masalah dan dapat
membuat kaitan antara hal yang diketahui dan hal yang ditanyakan untuk memecahkan
masalah. Begitu seterusnya analisis dilakukan untuk kemampuan subjek dalam membuat
rencana pemecahan masalah, melaksanakan rencana pemecahan masalah dan mengecek
kembali.
Berdasarkan hasil analisis triangulasi metode, penelitian ini menunjukkan bahwa
subjek yang mempunyai gaya kognitif Field Independent (FI) telah memenuhi hampir
setiap indikator langkah pemecahan masalah yang dikemukan oleh Polya. Indikator yang
belum dimiliki oleh mahasiswa yang memiliki gaya kognitif FI adalah rendahnya
kemampuan mahasiswa dalam membedakan kesimpulan (hasil) yang didasarkan pada
logika yang valid. Profil Kemampuan Mahasiswa yang Mempunyai Gaya Kognitif FI
dalam Memecahkan Masalah Kalkulus disajikan pada Tabel 1.
Profil Kemampuan Pemecahan Masalah Mahasiswa ...
Seminar Nasional Matematika 2012 517 Prosiding
Tabel 1. Profil Kemampuan Mahasiswa yang Mempunyai Gaya Kognitif FI
dalam Memecahkan Masalah Kalkulus
Langkah Polya
Memahami
Masalah
Menyusun
Rencana
Pemecahan
Melaksanakan
Rencana
Pemecahan
Memeriksa
Kembali Hasil
Pemecahan
- jelas dalam
menuliskan apa
yang ditanyakan
- dapat dengan
mudah dan benar
menuliskan apa
yang diketahui
pada masalah
- dapat membuat
kaitan antara hal
yang diketahui
dan hal yang
ditanyakan untuk
memecahkan
masalah.
- jelas dalam
menyebutkan
pengetahuan
yang dapat
digunakan
untuk
memecahkan
masalah
- dapat membuat
rencana
pemecahan
masalah dengan
benar yang
didasarkan pada
fakta-fakta yang
diberikan,
pengetahuan
prasyarat,
prosedur yang
jelas.
dapat menjawab
masalah dengan
benar berdasarkan
langkah-langkah
pemecahan
masalah yang
telah disusun
serta mampu
mengevaluasi
argumen yang
relevan dalam
memecahkan
masalah.
dapat melakukan
pengecekan
kembali terhadap
hasil
pekerjaannya.
Hasil penelitian ini didukung oleh Thomas [8] yang menyatakan bahwa implikasi
gaya kognitif berdasarkan perbedaan psikologis pada mahasiswa dalam pembelajaran,
yaitu mahasiswa yang memiliki gaya kognitif FI cenderung memilih belajar individual,
merespon dengan baik, dan independent. Disamping itu mereka dapat mencapai tujuan
dengan motivasi intrinsik.
Seseorang yang memiliki gaya kognitif FI dikategorikan sebagai orang yang memiliki
karakter sebagai seorang analis, yang berperilaku selalu mengacu pada dirinya sendiri
dengan orientasi impersonal. Karakter seperti ini juga terlihat pada perilaku mahasiswa
yang belajar. Jika ditelaah bahwa seorang yang memiliki gaya kognitif FI cenderung
kurang begitu tertarik dengan fenomena sosial dan lebih suka dengan ide-ide dan prinsipprinsip yang abstrak, kurang hangat dalam hubungan interpersonal. Seseorang yang
memiliki gaya kognitif FI akan menerima sesuatu secara analitis dan dia dapat
memisahkan antara stimulus dengan konteks, sehingga persepsi pribadinya kurang dapat
dipengaruhi jika perubahan dalam konteks diperkenalkan. Orang yang FI dalam
mengerjakan tugasnya merasa efisien bekerja sendiri.
Profil Kemampuan Pemecahan Masalah Mahasiswa ...
Seminar Nasional Matematika 2012 518 Prosiding
3. SIMPULAN
Profil kemampuan pemecahan masalah mahasiswa yang mempunyai gaya kognitif FI
dalam memecahkan masalah Kalkulus sebagai berikut:
1. Dalam memahami masalah, mahasiswa jelas dalam menuliskan apa yang ditanyakan,
dapat dengan mudah dan benar menuliskan apa yang diketahui pada masalah, dapat
membuat kaitan antara hal yang diketahui dan hal yang ditanyakan untuk
memecahkan masalah.
2. Dalam merencanakan pemecahan masalah, mahasiswa jelas dalam menyebutkan
pengetahuan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah, dapat membuat
rencana pemecahan masalah dengan benar yang didasarkan pada fakta-fakta yang
diberikan, pengetahuan prasyarat, prosedur yang jelas.
3. Dalam melaksanakan rencana pemecahan masalah, mahasiswa dapat menjawab
masalah dengan benar berdasarkan langkah-langkah pemecahan masalah yang telah
disusun serta mampu mengevaluasi argumen yang relevan dalam memecahkan
masalah.
4. Dapat melakukan pengecekan kembali terhadap hasil pekerjaannya.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Bell, Frederick H., 1981, Teaching and Learning Mathematics, Iowa: Brown
Company Publisher.
[2] Kurniawan, Rudi., 2010, Pemahaman dan Pemecahan Masalah Matematis (Artikel
Kajian Pendidikan Matematika. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional
Matematika dan Pendidikan Matematika di UNY pada tanggal 27 November 2010.
[3] Lusiana, 1995, Pengaruh Interktif antara Pengaktif Strategi Kognitif dan Gaya
Kognitif terhadap Perolehan Belajar Bidang Keperawatan Klinik. Jurnal Teknologi
Pembelajaran. 3, (3).
[4] Moleong, Lexy J., 2007, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja
Rosdakarya Offset.
[5] NCTM, 2000, Principles and Standards for School Mathematics. Reston, Virginia:
National Council of Teachers of Mathematics. (Online). http://www.netm.org/.
diakses tanggal 3 Mei 2011.
[6] Rahman, Abdul., 2008, Analisis Hasil Belajar Matematika berdasarkan Perbedaan
Gaya Kognitif secara Psikologis dan Konseptual Tempo pada Siswa Kelas X SMA
N 3 Makasar. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 072, (14): 452-473.
[7] Shummay. R. J., 1980, Research in Mathematics Education, Virginia: The National
Council of Mathematics Educations.
[8] Thomas, 1990, Educational Psychology a Realistic Approach, London: Longman.
Email: taro.cs@gmail.com
PROFIL KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MAHASISWA YANG MEMPUNYAI GAYA KOGNITIF FIELD INDEPENDEN (FI) PADA MATA KULIAH KALKULUS
19.48.00 |
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar