KATA PENGANTAR
Pujidansyukur
kami panjatkankehadirat Allah SWT.ataslimpahanrahmatdankarunia-Nya,
semogashalawatdansalamjugasenantiasatercurahkankepadajunjungankitaNabi Muhammad
SAW. Penulisanlaporaninibertujuanuntukmenggaliinformasilebihjauhmengenaitradisinusantara
yang man
lebihspesifikakanmembahastentangintegrasinilainilaiislambudayadankebangsaan di
Indonesia.
SekaligusgunamemenuhisalahsatutugasakhirmatakuliahMasyarakatdanKebudayaan
Indonesia.
Laporaniniditulisdarihasilpenyusunan
data-data daninformasi-informasi yang di
perolehdarinarasumberpadakuliahumumdanbeberapainformasi yang
didapatpenulismelalui media massaelektronik, yang
kemudiandisusunkembalimenurutkebutuhanakaninformasi yang diinginkan. TaklupapenyusunmengucapkanterimakasihkepadapengajarmatakuliahMasayarakatdanKebudayaan
Indonesia, bapakTeguhSetiabudi,M.Hatasbimbingandanarahandalampenyusunanlaporanini.Dan jugaPihakKeraton yang
telahberkenanmengizinkanacarastudi banding ataukuliahumum di Keraton.Jugakepadarekan-rekanmahasiswa
yang telahmendukungsehinggadapatdiselesaikannyalaporanini.Karenaataskerjasama yang baik pula
penyusundapatmengerjakanlaporaninidenganlancar.
Kuliahumuminidilaksanakanpadatanggal 07 Oktober 2013 di
Keraton Surakarta, Solo - Jawatengah. Penyusunberharap,
melaluilaporaninidapatmemberimanfaatbagikitasemua.DalamhalinidapatmenambahwawasankitamengenaiMasyarakatdanKebudayaan
Indonesia.“Takadagading yang takretak, takada yang sempurnadiduniaini”
begitujugadenganlaporaninitentumasihjauhdarisempurna, olehkarenaitu kami
mengharapkan saran dankritik yang membangun demi perbaikanmenujuarah yang
lebihbaik.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................................... i
Daftar Isi ............................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang...............................................................................................................
1
1.2
BatasanPembahasan......................................................................................................
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Sejarahkeratonkasunanansurakarta...............................................................................
2
2.2 RumahTanggakeratonKasunananHadiningrat...............................................................
2
2.2.1 GustipangeranHaryo
(GPH) Puger................................................................. 4
2.3 KepercayaandanBudaya...............................................................................................
4
2.3.1 TradisiGrebegMaulud.....................................................................................
5
2.3.2
KirabMubengBentengutawasatusuro.............................................................
6
2.3.3 Pusaka heirloom dantari-tarian.......................................................................
6
BAB
III PENUTUP
3.1
Kesimpulan.................................................................................................................... 8
referensi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Suku bangsa Jawa adalah suku bangsa Indonesia yang paling banyak jumlahnya,
menempati seluruh daerah jawa tengah, jawa timur dan sebagian jawa barat mereka
menggunakan bahasa jawa secara keseluruhan, hanya saja terdapat perbedaan
dialek di daerah tertentu. Suku bangsa jawa termasuk suku bangsa yang telah
maju kebudayaannya, karena sejak zaman dahulu mereka telah banyak mendapat
pengaruh dari berbagai kebudayaan, seperti : kebudayaan Hindu, Budha, Islam dan
Eropa. Selain itu, Suku Jawa juga memiliki kebudayaan yang beragam, mulai dari
kesenian, adat istiadat dan juga sistem mata pencaharian.
Dewasa ini, kebudayaan
asli Jawa sudah mulai banyak dilupakan,bahkan oleh penduduk Jawa sendiri.
Mempelajari kembali masyarakat dan kebudayaan Jawa menjadi perlu untuk menghindari
hilangnya kebudayaan asal jawa yang istimewa ini. Keberagaman
kebudayaan tersebut terjadi tidaklain karena adanya jenis suku yang berbeda
yang ada pada setiap wilayah dan daerah di Indonesia sendiri. Hal tersebut
menjadi suatu kebiasaan dan tradisi yang ada dan turun-menurun sejak zaman
nenek moyang dahulu. Sehingga, menjadi suatu kewajiban bagi para generadasi mu
untuk mengemban amanah guna menjaga dan melestarikan budaya-budaya tersebut
sebagai bekal bersaing di masa depan. Selain itu, hal tersebut juga dapat
memberikan kesempatan lebih kepada para generasi muda untuk mengenal lebih
dalam tentang budaya-budaya yang
dimiliknya serta melihat secara langsung keindahan,
keunikkan dan keaslian dari kebudayaan tersebut.
1.2
Batasan Pembahasan
Adapun
pembahasan-pembahasan dalam makalah ini, penulis batasi sebagai berikut:
1.2.1. Sejarah
1.2.2. Rumah Tangga Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat
1.2.3 Kepercayaan
dan Budaya
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah
Keraton Surakarta yang lebih sering
disebut Karaton Surakarta Hadiningrat adalah istana Kasunanan Surakarta.
Keraton ini telah didirikan oleh Susuhunan Pakubuwono II (Sunan PB II) pada tahun 1744 sebagai pengganti Istana/Keraton Kartasura yang telah
porak-poranda akibat Geger Pecinan pada tahun 1743. Istana terakhir Kerajaan Mataram didirikan
di desa Sala (Solo), sebuah pelabuhan kecil di tepi barat Bengawan (sungai)
Beton/Sala.Nama desa itu diubah menjadi Surakarta Hadiningrat, setelah resmi istana Kerajaan Mataram selesai dibangun.Istana ini pula menjadi
saksi bisu penyerahan kedaulatan Kerajaan Mataram oleh Sunan PB II kepada VOC pada tahun 1749.Setelah Perjanjian Giyanti tahun 1755, keraton ini kemudian dijadikan istana resmi
bagi Kasunanan Surakarta.Kompleks bangunan keraton ini masih berfungsi sebagai
tempat tinggal sunan dan rumah tangga istananya yang masih menjalankan tradisi
kerajaan hingga saat ini. Keraton ini kini juga merupakan salah satu objek
wisata di Kota Solo. Sebagian kompleks keraton merupakan museum yang menyimpan
berbagai koleksi milik kasunanan, termasuk berbagai pemberian dari raja-raja
Eropa, replika pusaka keraton, dan gamelan.Dari segi bangunannya, keraton ini
merupakan salah satu contoh arsitektur istana Jawa tradisional yang
terbaik.Sebagai contohnya, ketika mengelilingi Keraton banyak ditemukan patung
kecil bernuansa Eropa.
2.2 Rumah
Tangga Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat
Kasunanan Surakarta Hadiningrat
adalah sebuah keluarga besar yang tentu saja memiliki tata cara dan sistem yang
terstruktur secara khusus untuk mengatur rmaha tangga yang ada di dalamnya.
Keluarga inti dari rumah Kasunanan Surakarta Hadiningrat dipimpin oleh raja,
atau Sri Susuhunan Pakubuwono, bertindak selaku kepala keluarga.Sebagai
pendamping kepala rumah tangga adlah para istri raja yang meliputi permaisuri
dan para istri selir, kendati terkadang ada pula raja yang tidak mengangkat
salah satu istriya menjadi permaisuri, begitupula istri-istri lainnya juga
tidak berstatus sebagai selir.Selanjutnya adalah putra dan putri raja, yang
bisa berjumlah puluhan orang, dari semua istri raja menjadi anggota dari
keluarga inti rumah tangga kerajaan.
Ditinjau dari garis koordinasi yang
mengurusi tata kelola rumah tangga di kasunanan Surakarta Hadiningrat, terdapat
sejumlah jabatan, yang dilantik dan berada di bawah kedudukan Sri Susuhunan
Pakubuwono, denga mengemban tugas dan tanggung jawab untuk mengkoordinir serta
mengatur jalannya pengelolaan rumah tangga di lingkungan istana. Yang
bertanggung jawab atas tata kelola rumah tangganya diantaranya: Santana Dalem,
Pepatih Dalem, dan ABDI Dalem. Santana Dalem adalah orang yang memiliki
hubungan dengan raja dan keturunannya; para istri, anak-anak, cucu, cicit,
canggah, dan wareng.Setelah wareng, ada udeg-udeg, gantung, siwur, dan
seterusnya tidak dimasukkan ke dalam Santana Dalem, melainkan masuk ke dalam
golongan rakyat biasa atau Kawula Dalem. Dan Kerabat serta pasangan
masing-masing , masuk dalam Santana Dalem. Sentana Dalem merupakan bangsawan
tinggi kerajaan.
Pepatih Dalem merupakan jabatn yang
berfungsi sebagai wakil Susuhunan di dalam bidang pemerintahan.Posisi Pepatih
Dalem dapat disetarakan dengan posisi Perdana Menteri dengan posisi Perdana
Menteri karena beertanggung Jawab atas berjalannya roda pemerintahan
kerajaan.Oleh kolonial belanda Pepatih Dalem disebut Rijkbestuuder yang
memerintah negara atau mangreh nagari.Pepatih Dalem berwenang untuk membuat
undang-undang yang pelaksanaannya dilakukan dengan bantuan para pegawai Istana.
Nama kecil Sri Susuhan Pakubuwona
XII adalah Raden Mas Suryaguritna, Putra Sri Susuhunan Pakubuwana XI yang lahir
dari permaisuri Raden Ayu Kuspariyah pada tanggal 14 April 1925. Pada tanggal
20 Juli 1939, Raden Mas Suryaguritna memperoleh gelar kebangsawanan sebagai
Raden Mas Gusti ketika ayahandanya naik tahta sebagai Sri Susuhunan Pakubuwana
XI.Saat Sri Susuhunan Pakubuwana XI meninggal dunia pada tanggal 2 Mei 1945,
Raden Mas Gusti Surya Guritna dinobatkan sebagai putra mahkota Kasunanan
Surakarta Hadiningrat dengan gelar Pangeran Adipati Aryo Hamengkunegoro Sudibyo
Rajaputro Narendra Mataram.Selanjutnya, pada tanggal 11 Juni 1945, Raden Mas
Gusti Suryo Guritno naik tahta sebagai raja Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan
berhak menyandang gelar Sri Susuhunan Pakubuwana XII.
Sri Susuhunan Pakubuwana XII
memiliki 6 orang istri.Kesemua istri tersebut tidak ada yang dipilih sebagai
permaisuri sehingga status keenam istri Sri Susuhunan Pakunuwana XII adalah
setara antara satu dengan yang lainnya. Istri-istri Sri Susuhunan Pakubuwono
XII tersebut adalah Kanjeng Ratu Ayu Pradapaningrum dan telah dianugerahi 10
orang anak, Kanjeng Ratu Ayu Madyaningrum (dianugerahi 4 anak), Kanjeng Ratu
Ayu Rogaswara (dianugerahi 3 anak), Kanjeng Ratu Ayu Kusumaningrum (dianugerahi
1 anak), Gusti Raden Ayu Pujaningrum (dianugerahi 11 anak), dan Gusti Raden Ayu
Retnoningrum (dianugerahi 6 anak). Dari keenam istri tersebut, Sri Susuhunan
Pakubuwana XII dikaruniai 35 orang anak (15 orang putra dan 20 orang
putri).Yang mana salah satunya adalah Gusti Pangeran Haryo (GPH) Puger.
2.2.1
Gusti
Pangeran Haryo (GPH) Puger
Pada kuliah umum
yang dilaksanakan di keraton kasunanan Surakarta.Pangeran Gusti Raden Mas Suryo
Bandono/Gusti Pangeran Haryomerupakan pemateri pada acara tersebut. Beliau
menjelaskan mengenai runtutan pergantian nama dan filosofinya. Menurut beliau,
Gusti berarti bagus ning ati.Gusti bukan hanya untuk disandangkan kepada
laki-laki namun juga untuk perempuan.Akantetapi dengan syarat perempuan
tersebut memiliki sifat yang lebih baik begitu juga akhlaknya.Kemudian, Mas itu
memiliki arti benda logam mulya, kita dimulyakan, dan orang yang
mulia.Selanjutnya, Surya dan Bandono, Surya berarti matahari dan Bandono
berarti pengikat. Nama kedua beliau, Gusti Pangeran Haryo Puger dan nama ketiga
beliau adalah Kanjeng Gusti Haryo Puger. Nama tersebut, diberikan berdasarkan
urutan ketika beliau kecil, dewasa, dan tua.
2.3 Kepercayaan dan Budaya
Seperti
yang telah disampaikan oleh pangeran Gusti Pangeran Haryo Puger bahwa pada
zaman dahulu, di Indonesia banyak suku yang mempunyai kepercayaan animisme dan
dinamisme.Sebelum Indonesia dimasuki bangsa India, Mongol, dan Spanyol, di Indonesia
ada suku jawa, suku asmat, suku baduy dll.Setiap suku memiliki kepala suku.Akan
tetapi, setelah India masuk, ketua atau kepala suku Jawa menjadi bangsa
Jawa.Ketika Hindu telah tersebar di Jawa, kepercayaan animisme dan dinamisme
telah ditinggalkan.
Aturan dari keraton
yang disebutkan oleh Pangeran Suryo adalah Merubah system animisme dan
dinamisme.Apalagi, ketika agama budha mempengaruhi wilayah Indonesia yang
dianggap “menyederhanakan” atau “praktis”.Kemudian, Pengaruh Islam di Jawa
diizinkan oleh Kerajaan Majapahit.Dpat dilihat dari “Adipati” yang berubah
menjadi “Sultan” yang berarti “sorotan” dalam bahasa Jawa.
Keraton
Surakartamemiliki suatu warisan budaya yang tak ternilai.Diantarannya adalah
upacara-upacara adat, tari-tarian sakral, musik, dan pusaka.Upacara adat yang
terkenal adalah upacara Garebeg, upacara Sekaten, dan upacara Malam
Satu Suro.Hingga
sekarang, acara adat dan budaya ini masih rutin diselanggarakan setip tahun di
Kasunanan Surakarta Hadiningrat.Pada saat kami melakukan kuliah umum diKasunanan Surakarta Hadiningrat kebetulan satu minggu sebelumnya
telah diadakan acara kirab dan
sayangnya kedatangan kami tidak bertepatan pada acara tersebut.
2.3.1
Tradisi Grebeg Maulud
Upacara
Grebeg
merupakan salah satu upacara yang diselenggarakan tiga kali dalam satu tahun
menurut kalender/penanggalan Jawa yaitu pada tanggal dua belas bulan Mulud
(bulan ketiga), tanggal satu bulan Sawal (bulan kesepuluh) dan tanggal
sepuluh bulan Besar (bulan kedua belas).Gagasan adanya perayaan Gerebeg Mulud atau sekaten untuk pertama
kalinya tercetus pada era Kesultanan Demak saat dipimpin oleh Raden Patah
(1478-1518). Istilah Sekaten sendiri bermula dari kata Syahadatain atau “Dua
Kalimat Syahadat” , sebagai tanda ikrar seorang muslim. Pada hari hari tersebut raja
mengeluarkan sedekahnya sebagai perwujudan rasa syukur kepada Tuhan atas
kemakmuran kerajaan. Sedekah ini disebut dengan Hajad Dalem, berupa pareden/gunungan
yang terdiri dari gunungan kakung dan gunungan estri (lelaki dan
perempuan).
Tahap awal pelaksanaan acara adat
ini dimulai pada tanggal 5 rabiul awal.Selama sebulan sebelumnya, terlebih
dahulu diadakan acara keramaian di Alun-alaun Istana.Dalam acara pesta rakyat
itu biasanya ditampilkan pasar malam, pentas seni, pameran, dan hiburan rakyat
lainnya.Seminggu menjelang puncak acara (hari maulud Nabi), dua perangkat
dikeluarkan dari dalam kompleks keraton dan ditempatkan di Masjid Agung
Surakarta.Dua Gamelan itu bernama Kyai Guntur Madu dan Kyai Guntur Sari.Gamelan
Kyai Guntur Madu diletakkan di pendapa sebelah selatan Masjid Agung
Surakarta.Gamelan yang merupakan warisan dari Sri Susuhunan Pakubuwono IV
(1823-1830), dibuat pada tahun 1718 Saka (tahun dalam penanggalan Jawa).
Ini merupakan perlambangan dari Syahadat Tauhid.Sedangkan
gamelan Kyai Guntur Sari ditempatkan di pendapa sebelah utara Masjid Agung
Surakarta dan merupakan simbol dari Syahadat Rasul.Kyai Guntur Sari
adalah gamelan peninggalan Sultan Agung Hanyokusumo (1613-1645) yang dibuat
pada tahun 1566 Saka.Pada acara tersebut terdapat beberapa gunungan diantaranya
Gunungan
kakung.Gunungan
ini berbentuk seperti kerucut terpancung dengan ujung sebelah atas agak
membulat.Sebagian besar gunungan ini terdiri dari sayuran kacang panjang yang
berwarna hijau yang dirangkaikan dengan cabai merah, telur itik, dan beberapa
perlengkapan makanan kering lainnya.Di sisi kanan dan kirinya dipasangi
rangkaian bendera
Indonesia
dalam ukuran kecil.Gunungan estri berbentuk seperti keranjang bunga yang
penuh dengan rangkaian bunga.Sebagian besar disusun dari makanan kering yang
terbuat dari beras maupun beras ketan yang berbentuk lingkaran dan runcing.
Gunungan ini juga dihiasi bendera Indonesia kecil di sebelah atasnya.(Wikipedia)Saat
ini selain upacara tradisi seperti itu, juga diselenggarakan suatu pasar malam
yang dimulai sebulan sebelum penyelenggaraan upacara sekaten yang sesungguhnya.
2.3.2
Kirab Mubeng Beteng utawa Malam Satu Suro
Malam satu suro dalam masyarakat
Jawa adalah suatu perayaan tahun baru menurut kalender Jawa.Malam satu suro
jatuh mulai terbenam matahari pada hari terakhir bulan terakhir kalender Jawa
(30/29 Besar) sampai terbitnya matahari pada hari pertama bulan pertama tahun
berikutnya (1 Suro).Di Keraton Surakarta upacara ini diperingati dengan Kirab
Mubeng Beteng (Perarakan Mengelilingi Benteng Keraton). Upacara ini dimulai
dari kompleks Kemandungan utara melalui gerbang Brojonolo kemudian mengitari
seluruh kawasan keraton dengan arah berkebalikan arah putaran jarum jam dan
berakhir di halaman Kemandungan utara. Dalam prosesi ini pusaka keraton menjadi
bagian utama dan diposisikan di barisan depan kemudian baru diikuti para
pembesar keraton, para pegawai dan akhirnya masyarakat. Suatu yang unik adalah
di barisan terdepan ditempatkan pusaka yang berupa sekawanan kerbau albino yang
diberi namaKyai Slamet yang selalu menjadi pusat perhatian masyarakat.
2.3.3
Pusaka (heirloom) dan tari-tarian sakral
Tarian Sakral Bedhoyo Ketawang, Keraton Surakarta memiliki
sejumlah koleksi pusaka kerajaan diantaranya berupa singgasana raja, perangkat
musik gamelan dan koleksi senjata. Di antara koleksi gamelan adalah Kyai
Guntursari dan Kyai Gunturmadu yang hanya dimainkan/dibunyikan pada
saat upacara Sekaten.Selain memiliki pusaka keraton Surakarta juga memiliki
tari-tarian khas yang hanya dipentaskan pada upacara-upacara tertentu.Sebagai
contoh tarian sakral adalah Bedaya Ketawang yang dipentaskan pada saat
pemahkotaan raja.
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Di Indonesia terdapat beberapa
keratin diantaranya Keraton Surakarta pada keratin ini kita dapat mengetahui
bahwa Indonesia memiliki suatu warisan budaya yang tak ternilai.Diantarannya
adalah upacara-upacara adat, tari-tarian sakral, musik, dan pusaka. Upacara
adat yang terkenal adalah upacara Garebeg,maulud, Sekaten, dan Malam
Satu Suro. Hingga
sekarang, acara adat dan budaya ini masih rutin diselanggarakan setip tahun di
Kasunanan Surakarta Hadiningrat.
Selain itu di Indonesia pada zaman dahulu banyak suku yang mempunyai kepercayaan
animisme dan dinamisme.Sebelum Indonesia dimasuki bangsa India, Mongol, dan
Spanyol, di Indonesia ada suku jawa, suku asmat, suku baduy dll.Setiap suku
memiliki kepala suku.Akan tetapi, setelah India masuk, ketua atau kepala suku
Jawa menjadi bangsa Jawa.Ketika Hindu telah tersebar di Jawa, kepercayaan
animisme dan dinamisme telah ditinggalkan. Setelah itu masuklah agama hindu
budha di Indonesia. pengaruh dari agama hindhu budha sendiri banyak
mempengaruhi budaya Indonesia. Tujuan
dari kuliah umum “Integrasi nilai-nilai Islam, Budaya, dan
Kebangsaan” yang di laksanakan di keraton kasunanan surakarta semoga
dapat memberikan pengetahuan dan wawasan yang lebih luas lagi mengenai
kebudayaan jawa. Apalagi budaya dan seni jawa sangat banyak sehingga perlu
dijaga kelestariannya.Dalam kuliah umum yang diisi langsung oleh Gusti Pangeran
Haryo yang mana merupakan keturunan kesultanan Keraton Kasunanan Surakarta
semoga dapat memberiklan banyak manfaat.
1 komentar:
Prediksi Togel Sgp Mbah Bonar 4 September 2019 Ayo Pasang Angka Keberuntunganmu hari ini Gabung sekarang dan Dapatkan Potongan Setiap Hari !!!
Posting Komentar